Christmas Eve 2012

Tahun ini, Malam Natalnya beda dari tahun-tahun sebelumnya, kami tidak merayakannya di gereja,Ā walaupun kami berada di dalam gedung Gereja, tapi di Nursery Room, next to the Church. I had Reagan, 39 days old at that day, with me, it was a bit possible to attend the Christmas Eve with Reagan without stroller, more comfortable in Nursery Room because there’s couch, so I put Reagan there. Here are some photos.

Image

Drinks! Mine – latte, Reagan – milk

Milk & Latte

Reagan was in a deep sleep while other babies & toddlers busy & noisy =))

Image

Happy Jolly Holy Christmas! šŸ™‚

I am Here

Ga berasa, Reagan Orlando, 25 Desember nanti udah 40 hari. Dijalanin dari pas awal ngelahirin sampe sekarang, masih tetep dengan mood-swing, pagi-pagi bangun bisa happy, jam 10an bisa tiba-tiba BT. Tapi keadaan ini justru bikin saya jadi makin takut untuk jauh dari Tuhan, dulu yang biasanya Saat Teduh (SaTe) bolong terus, sekarang lumayan, even masih bolong sehari, sekali-sekali.

Dari mood-swing itu, akhirnya setiap pagi, kalau lagi ga buru-buru, saya selalu berdoa supaya hari berjalan semuaya di tangan Dia, semua perasaan, pikiran, perkataan, tindakan, apa pun itu, semua di tangan Dia, bener lho, seharian itu mood-nya ga swing-swing banget, lumayan stabil, even kadang jatoh dikit, tapi doa dan serahin lagi, bisa bikin tenang.

Image

2 minggu lalu, dari buku Everyday Blessings by Max Lucado, ada kalimat di renungan itu yang bunyinya:Ā The next time you hear a baby laugh or see an ocean wave, take note. Pause and listen as His Majesty whispers ever so gently, “I’m here.” Sejak hari itu, setiap kali liat senyum Reagan, selalu inget bahwa saya ga sendiri, He’s here, with me šŸ™‚

Egan's Smile

Egan’s Smile

Setiap kali waktu tidur Reagan, pasti saya akan menyiapkan kamera, karena, setiap kali baru tidur, Reagan akan tersenyum, manis! Selain senyuman, expresi muka Reagan sering bikin saya ketawa ngakak, thanks! šŸ™‚

Sleeping Smiley

Thaks God for giving me these 2 little wonders, Reggie Joshua & Reagan Orlando

Reagan Orlando & Reggie Joshua

Reagan Orlando & Reggie Joshua

Reagan – Meeting – Gloomy – Christmas – Saxofon

Hari ini, Reagan Orlando 11 hari, pertama kalinya Saya meeting keluar untuk kerjaan, berdua sama Egan, panggilan untuk Reagan. Masih nunggu 2 orang lainnya, mereka telat, sudah hampir 30 menit dari waktu yang dijanjikan:(.
Books & Beyond (was Times Bookstore) muterin lagu Natal, saxofon! Suka deh. Di luar ujan, jadi agak2 gloomy..

Today, Reagan Orlando, 11 days old & also my first meeting for work after the delivery, Nov 15, 2012. Waiting for other 2 participants, they are late, almost 20mins. Me & Egan, this how I call Reagan, just waiting here @ Books & Beyond (was Times Bookstore).
It’s raining outside. Gloomy! The cafe, Imperial Cakery here @ Books & Beyond, plays Christmas songs, it’s saxofon! Love it šŸ™‚

Foto Keluarga

Hari ini, pulang sekolah, tumben-tumbennya ga ada PR yang harus dikerjain. Ternyata, pas cek agenda sekolahnya, disuruh bawa foto keluarga. Nah lho?! Foto keluarga? Gimana cara buatnya? Hmm…

Untuk keluarga normal tradisional (ayah, ibu & anak), mungkin ga ada masalah kalau disuruh bawa foto keluarga. Tapi bagi kami, itu masalah, siapa yang mau pura-pura jadi salah satu orang tua dari bocah kecil ini? Kalau pun ada, nanti malah bikin masalah baru kedepannya.

Si bocah, seneng banget nyiapin pernak-pernik buat hias foto keluarga ini, ngeliat tingkah lakunya, geli sendiri sama ga tega :p

Ya sudah, foto dengan seadanya, papa, mama, adik laki-lakiku, bocah kecil ini dan aku, keluarga juga kan? Keluarga besar :))

Tadi, sekitar jam 9-an, aku nanya ke si bocah kecil, “menurut kamu, kalau foto keluarga, yang ada di situ siapa aja?”, jawaban polosnya, “Papa, Mama, Iip, Gis sama Egy”.

Egy & Fish

Jakarta, Jan 29, 2012

Egy has new toy, 1 fish in mini aquarium, he got the fish from Jayden’s birthday party on Dec 28, 2011. Since that day, Egy put his fish in Ā a jar, he feeds and plays with the fishĀ everyday.

egy_feeding_fish

Egy Feeding Fishes

3 weeks after that, he asked my dad to buy him more fish, so today, Egy & my dad go to Fish Store and buy 2 fishes + theĀ equipment. This is Egy’s New Aquarium:p

Mini Aquarium

Mini Aquarium

Mini Aquarium

Mini Aquarium

He named them: Imas, Ikan & Egy, but I don’t know which one is Imas, Ikan & Egy šŸ˜€

Christmas Eve

Hey!

 

Today I have my Christmas Eve with Egy, Pita, Wilda, Thelma & Hugo. So much fun in it, even I can’t really enjoy the service, but yes, me myself, really enjoy seeing the kids there, they sitting on the floor, drawing, coloring, chit chat, running through the alley and laughing. Suddenly, kids have their own “Sunday School”, such a riot! Opa Louis give us CD New Day as Christmas present, yippie! Silently, I thank Lord, for DC Family, we supporting each other just like a family.

Private Sunday School šŸ˜›

Tomorrow, Anna will giving a birth, Caesar, all the best Sister! Yay! One more DC Member, Baby Josh on Christmas Day šŸ™‚

Merry Christmas, everyboday! \(^_^)/

Cute Kids!

Reggie, Hugo & Thelma, after Christmas Service

After Christmas Eve Service ^^

Malaikat-malaikat di Seminole

Pada bulan Juli 2002, Deborah bangun dan mendapati tiga anak yang sangat kelaparan. Hanya ada uang $2.23 di dompetnya. Malam sebelumnya suaminya meninggalkan dia dan anak-anak, bersumpah tidak akan embali lagi. Anak-anakĀ itu, dua laki-laki dan satu perempuan, berumur empat tahun, dua tahun, danĀ limabulan.

Sebelum akhirnya pergi, lelaki itu (suaminya dan ayah anak-anaknya) sudah sangat jarang berada di rumah. Jika dia sedang di rumah, mereka semua takut kepadanya. Bagitu mendengar suaranya, dua anak laki-lakiya langsung bersembunyi di kolong tempat tidur dan si bayi perempuan langsung menangis menjerit-jerit.

Ketika suaminya memutuskan pergi dan tidak akan kembali, Deborah merasa lega karena dia dan anak-anaknya tidak akan menjadi sasaran kekerasan lagi. Tetapi, sekarang dia tidak punya apa-apa untuk memberi makan, pakaian dan naungan bagi anak-anaknya. Dia harus mencari nafkah, pengganti pendapatan suaminya yang selama ini pun sangat sedikit. Dia menemukan uang $20 di saku kemeja yang ditinggalkan suaminya. Yang pertama terlintas di pikirannya adalah membeli makanan untuk anak-anaknya.

Dia membeliĀ sandwichĀ telur, menyuruh mereka makan, memandikan mereka, mengenakan pakaian terbaik mereka, lalu dengan mobil Dodge 1979 yang sudah tua dan karatan membwa mereka menyusuri jalan-jalan diĀ Seminole, Oklahoma, untuk mencari pekerjaan. Mereka mendatangi setiap pabrik, restoran dan toko di kota kecil itu, tanpa hasil. Anak-anak keluar masuk mobil bersama ibu mereka. Menjelang tengah hari, mereka lapar dan kecapekan. Mendengar tangis lapar anak-anaknya, Deborah berdoa kepada Tuhan, memohon pertolongan agar mendapat pekerjaan untuk menghidupi keluarganya.

Satu tempat yang belum dia datangi adalah Restoran Sonic. Manajernya seorang wanita tua, penduduk asliĀ Amerika. Grandma Harjo, begitu dia biasa dipanggil, membutuhkan orang yang sanggup bekerja dari jam empat sore sampai jam sebeleas malam. Dia menawarkan upah awal $5.5 per jam. Deborah boleh mulai bekerja malam itu juga.

Dengan penuh semangat, Deborah membeli makanan untuk dirinya dan anak-anaknya di Restoran Sonic, kemudian bergegas menyiapkan diri untu melakukan pekerjaan pertamanya sejak dia lulus SMA. Dia pergi ke rumah kawannya yang tak jauh dari rumahnya, untuk bertanya apakah anak kawannya mau menolong menjaga anak-anaknya. Gadis empat belas tahun itu bersedia. Malam itu, Deborah dan anakanaknya berdoa dan bersyukur kepada Tuhan atas karunia yanhg mereka terima hari itu.

Minggu demi minggu berlalu, musim panas berganti musim gugur, kemudian datang musim dingin. Tagihan listrik untuk pemanas memberatkan pengeluaran Deborah yang pas-pasan. Mobil Dodge tuanya perlu ban baru, alat pemanas, dang anti oli. Suatu hari, kecapekan sepulang kerja dan kelelahan memikirkan mobil tuanya dan kesejahteraan anak-anaknya, Deborah membuka pintu mobilnya. Di dalamnya dia menemukan empat ban baru dan sebuah amplop abu-abu berisi cukup uang untuk membeli alat pemanas agar mobilnya tetap bisa berfungsi di musim dingin. Deborah sangat takjub dan bersyukur akan nasib baiknya. Tak ada tulisan apa pun di amplop itu. Tak ada petunjuk, siapa penolongnya.

Deborah pergi ke bengkel mobil. Dia berikan semua uang di amplop itu kepada pemilik bengkel. Sebagai ganti ongkos mengganti ban dan memasang alat pemanas di mobilna, dia menawarkan membersihkan kantor pemilik bengkel.

Hampir enam bulan dia bekerja di Restoran Sonic, enam hari per minggu, dengan upah yang hanya cukup untuk menyambung hidup dari hari ke hari. Hari Natal hampir tiba. Seorang teman kerjanya memberitahu bahwa Gereja Katolik Saint Benedict di Shawnee menyediakan makanan dan hadiah Natal bagi keluarga tidak mampu.

Deborah pergi ke Shwanee, menempuh perjalanan sejauh tujuh belas mil. Pastor Maurus, pastor Gereja Saint Benedict, memberinya pakaian, makanan, dan mainan untuk anak-anaknya. Deborah merasa lega. Dia bersyukur kepada Tuhan dan segera kembali ke Seminole. Dia harus menyembunyikan hadiah-hadiah itu karena Natal masih beberapa hari lagi.

Pada malam Natal, beberapa pelanggan Restoran Sonic datang untuk merayakan hari istimewa itu sebelum restoran tutup sepanjang liburan Natal. Orang-orang yang sudah dikenal Deborah memesan berbagai masakan. Setelah selesai makan, mereka membayar dan memberikan semua uang kembalian sebagai hadiah Natal untuknya. Di antara para pelanggan ada Pastor Basil Keenan, pastor Gereja Immaculate Conception di Seminole, warga paroki gereja-gereja lain, anggota Seminole American Legion, dan pegawai Seminole State College.

Seperti biasa, menjelang tengah malam Deborah bersiap untuk meninggalkan resotran. Dia sangat lelah setelah melayani begitu banyak tamu restoran di Malam Natal. Dia berharap masih punya tenaga untuk menghias pohon Natal dan memindahkan hadiah-hadiah dari Gereja Saint Benedict dari gudang bawah tanah ke ruang tamunya yang kecil.

Suasana langsung gelap ketika lampu di dalam restoran dia padamkan. Deborah berjalan ke mobilnya. Begitu dia membuka pintuk mobil, sebuah kotak yang terbungkus rapi terguling jatuh, menimpa kaki kanannya. Dengan mata terbelalak, dia melihal mobil Dodge 1979 karatan itu penuh berisi hadiah yang terbungkus dalam kotak-kotak aneka ukuran. Dinyalakannya lampu mobil dan tampaklah celana jins, blus dan kemeja, sepatu, pakaian hangat untuk anak-anak. Secari pesan menyruhnya membuka bagasi mobil. Pelan dia keluar dari mobil, berjalan ke belakang, membuka bagasi, dan menemukan kotak-kotak berisi makanan, daging, ham beku, makanan kaleng, roti tawar, sayuran segar, permen Natal, kue pai, cake buah, dan banyak lagi. Mungkin cukup untuk satu bulan. Dia berdiri takjub, matanya berkaca-kaca. Sambil mengemudikan mobilnya sejauh lima mil ke rumahnya, dia mengucap doa syukur kepada Tuhan karena kebaikan teman-temannya dan orang-orang yang tak dia kenal.

Sambil memandangi matahari terbit di langit timur Oklahoma pada pagi Hari Natal dan menyimak tawa riang ketiga anaknya, Deborah Meeks menyimpan kenangan indah akan orang-orang Seminola , Oklahoma, yang baik hati. Tanpa ragu dia akan berkata bahwa mereka semua adalah malaikat yang tinggal di Seminole, Oklahoma, Amerika Serikat!

Stephen A. Peterson